Pernahkah kita menyadari bahwa kita dapat merasakan segala sesuatu yang menguntukngkan (Pintar, soleh, berani, tawadhu, kaya…) karena jasa segala hal yang merugikan (Bodoh, kafir, takut, serakah, miskin….) ?
Jika kita merasa nikmat menjadi orang pintar atau orang kaya sesungguhnya nikmat itu berkat pasangan dari pintar yakni “bodoh”. Artinya, jika kita tidak pernah merasakan bodoh, secara alamiah kita tidak akan merasakan pintar sebagai suatu kenikmatan.
Ini sama persis dengan malam hari yang terasa dingin karena kita merasakan panas pada siang hari. Begitupun dengan keberaniaan yang terasa memukau karena kita entah kapan, mengenal ketakutan yang melumpuhkan.
Inilah salah satu elemen penting yang menjadi faktor terselenggaranya kehidupan di dunia. Elemen ini menjadi penting sebab Allah menciptakannya sebagai hukum kesepasangan. Sebagai konsekuensi alamiahnya. Hukum ini tidak menngenalkan kita kepada ketunggalan. Oleh karena itu kita tidak mungkin hidup tanpa kebodohan sebab tanpanya tak mungkin ada kepintaran.Apakah kita sanggup hidup terus menerus pada malam hari ? ya…ngak mungkin khan
Hukum kesepasangan ini kemudian mengajarkan kita pada pengenalan kita tahu dingin karena ada panas kita mengenal malam karena ada siang tanpa panas dan siang tidak ada istilah malam dan dingin dalam kehidupan ini.
Kita juga diajarkan untuk tidak saling meniadakan sebab dengan meniadakan kesepasangan sama artinya dengan menentang kehidupan. Makanya jangan meniadakan orang bodoh jika ingin ada orang pintar. Jangan meniadakan orang kafir jika ingin ada orang mukmin dan kebahagiaan, Itulah mungkin alasan mengapa Tuhan mengutus nabi-nabi dengan bekal kitab-kitab, sekaligus menakdirkan kehidupan mereka dalam putaran roda kehidupan ini, (Kadang di atas kadang dibawah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar