Mungkin tidak ada makhluk yang spesial dalam hidup kita selain IBU, ia begitu spesial karena pergorbanannya, karena cintanya, karena sayangnya, dan karena ketulusan dan doa-doanya kepada kita. Dan tak ada satupun paham di dunia ini yang tak sepaham akan itu.
Begitu spesialnya ia diciptakan bahkan diagungkan oleh ALLAH SWT di beberapa ayatnya,kita selalu dituntut untuk senantiasi berlaku baik kepadanya, berbakti kepadanya, menjaga perasaanya, medoakannya dan membahagiakannya. Namun kita berdua terlahir di generasi yang berbeda, hidup di zaman yang tak sama, mengalami perubahan-perubahan sosial budaya yang tak serupa. Terkadang memunculkan perbedaan yang membuat komunikasi kita dengan ibu tak sejalan, kehendak tak seiring dan pikiran yang tak sepaham.
Ibu memiliki pandangan yang lebih dalam tentang hidup dan perasaan, kadang tidak bisa dipahami oleh kita sebagai anaknya. Keinginan-keinginan yang sederhana seringkali ditafsirkan rumit oleh kita sehingga melahirkan praduga-praduga yang tak mendasar dan akhirnya membuat ia kecewa.
Ia sekedar ingin menunjukkan cinta, kasih sayang dan perhatiannya ketika itu. Ketika anak laki-laki satu-satunya ini ingin berangkat untuk sekolah lagi di Jawa. ibu,karena ia merasa akan berpisah dengan anak yang dicintainya dengan jarak yang jauh dalam waktu yang lama, karena belum pernah memang aku meninggalkan orang tuaku selama ini, tentu ia ingin meluapkan perhatian dan kasih sayangnya dengan mengantar anaknya ke bandara. Ya.. orang tua manapun pasti ingin menyertai anaknya pada saat-saat yang penting itu entah untuk sekedar memberi semangat atau mendoakannya.
Tapi anak laki-laki ini yang merasa sudah besar, dewasa dan tidak ingin dibilang anak manja tanpa rasa bersalah mengatakan “Ndak usahmi bu antarka',..” tapi saya selalu kalah membujuk ibu, keinginannya lebih besar daripada usaha saya, walaupun mungkin dalam hatinya sedikit kecewa dengan kata-kata anaknya ini. Sampai di bandarapun saya bilang lagi “Ndak usahmi bu turun, saya langsung masuk saja boarding..” saya sih cuma berpikir karena memang mobil ndak boleh parkir lama-lama di depan ruang keberangkatan, cuma bisa turunkan penumpang dan barang, …ibu langsung pulang saja”. Tapi diapun bersikeras melihat saya sampai masuk ke bandara waktu itu, Setelah mencium tangan dan pipinya saya pun masuk ke bandara. Saya masih melihat wajahnya yang sedih di luar bandara ketika saya sudah masuk waktu itu.
Disinilah kadang kita salah dalam berpikir dan menerka keinginan orang tua kita terutama ibu, kita hanya mampu menerka bahwa ibu mengangap kita masih anak-anak yang perlu ditemani dan dimanja. Padahal mungkin persoalannya tidak sesederhana itu, orang tua kita mungkin tidak bermaksud memperlakukan kita seperti itu, mereka ingin tetap memberikan cintanya dalam waktu sekejap sebelum ia berpisah dengan anaknya. Atau mungkin ia berpikir “anakku membutuhkan kekuatan doa dan semangat, maka aku ingin mengiringi kepergiannya dengan lantunan doa”. Sederhana memang tapi kita kadang tidak menyadarinya.”
Atau ketika ia sering bahkan setiap hari menelpon, ketika kita sudah dirantau, hanya untuk sekedar bilang “lagi dimaki nak..” “lagi bikin apa..” “sudah makan belum..” Sebagian dari kita mengangap mungkin telponnya menggangu kita, atau sudah bosan mendengarnya, atau mengangap ngapain sih ibu nelpon terus, saya baik-baik saja kok, Seolah kita masih anak kecil yang harus di cek dan pantau tiap hari aktivitasnya, yang sebelumnya ketika kita masih bersama mereka ia jarang menelpon. Disinilah saya bahkan mungkin sebagian dari kita gagal memahami hal yang sederhan itu.
Mungkin ketika ia menelpon, ibu hanya ingin melepas rindunya dan mengobati rasa sepinya, ia begitu senang ketika mendengar suara kita disana, atau kabar kita baik-baik saja, sehat dan sudah makan. Ini yang coba kita pahami, maka jauhkan rasa terbebani itu, jauhkan kata-kata yang mungkin bisa menyakiti hatinya itu, Sebab ketika kita jauh darinya, mungkin hanya itu bakti yang bisa kita berikan untuk membalas jasa-jasanya yang tak terhingga yang tak tak mungkin terlunaskan.
Semoga kita dapat membahagiakan orang tua kita dengan memahami dan memenuhi keinginan-keinginannya yang sederhana. Karena pada hakikatnya apapun yang kita berikan,tidak akan pernah sepadan dengan kasih sayang yang mereka curahkan untu kita.
-Ketika kata itu sulit terucap, saya hanya bisa menuliskan rinduku disini, ibuku Sayang-
Sumber Inspirasi : Tarbawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar