Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Jumat, 23 Juli 2010

Kereta Dakwah itu Takkan Berhenti

Kereta dakwah itu takkan berhenti
Kereta dakwah itu akan jalan terus, jalan sesuai dengan tujuannya menuju kemenangan Islam
Kita bisa saja memilih menjadi penumpangnya atau tidak
Kereta dakwah itu akan jalan terus, melewati jalan yang lurus, kadang berliku, kadang menanjak, kadang menurun
Kita bisa saja memilih bertahan sebagai penumpang atau melepaskan pegangan kita dan terjatuh atau menjatuhkan diri
Kereta dakwah itu akan jalan terus, dengan kecepatannya yang stabil
Kita bisa saja memilih ketika kita terjatuh, Kita bangkit dan mengejar kereta itu atau Kita terdiam saja membiarkan kereta itu pergi jauh meninggalkan kita
Kereta dakwah itu akan jalan terus,dengan kita atau tanpa kita
Karena banyak orang diluar sana yang bisa Allah takdirkan untuk menjadi penumpangnya
Penumpangnya yang kuat dan mampu bertahan
Karena begitu beratnya medan dakwah itu, karena begitu beratnya tujuan itu
Mampukah kita bertahan ??
Siapa lagi yang akan terjatuh ??
Siapa Lagi yang siap mengantikan??
Menjadi penumpang Kereta dakwah itu.

Kearifan Pelacur: Kisah Gelap di Balik Bisnis Sex dan Narkoba


Category :Books
Genre : Nonfiction
Author :Elizabeth Pisani

Pertama mengetahui judul buku ini, menurut saya judulnya sangat nakal. Saya kira isinya pasti tidak lain adalah seperti kisah nyata pelacur ataupun pekerja seks yang dituliskan dalam sebuah buku. Ternyata dugaan saya salah mengenai isi buku ini. Buku ini sebenarnya lebih mengenai epidemiologi HIV/AIDS (bahasa saya) serta berkisar mengenai kebijakan-kebijakan seputar penanggulangannya. Hampir semua isi buku ini kejadiannya di Indonesia.

Elizabeth Pisani sendiri adalah seorang berkewarganegaraan Inggris. Tapi Ibu Eli (sapaan saya sama dia) pernah bekerja sebagai wartawan di Indonesia serta pernah menjadi staff pembantu di departemen kesehatan RI dalam penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia. Dia seorang ahli epidemiologi, dan sangat kritis (sempat kaget waktu diberikan pelatihan paper critique, sebuah jurnal yang menurut saya sangat ilmiah dan bagus dan dikatakan bahwa jurnal tersebut adalah buatan mafia vaksin, untuk membuat laku vaksinnya . He3...dasar diriku yang blm pengalaman, bukan saya ji yang kaget, tapi dr. nasrum juga kaget sekali.). Aniway....buku ini ditulis dua versi yaitu: bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Tapi saya gak tau apa sudah ada di gramedia sini atau tidak.

Yang menarik bahwa buku ini, bukan hanya sekedar nonfiksi, terdapat banyak data statistik yang dikemukakan tapi tidak bikin mata pedih atau puyen, muatan referensinya pun bisa sangat reliable.gaya tuturnya sangat enak, sehingga bagi bukan orang epidemiologi pun dapat mengerti isi buku ini. Buku ini juga menggambarkan sangat gamblang mengenai industri seks di Asia dan asia tenggara terutama Indonesia. Elizabeth Pisani berpendapat jika kehidupan seks di Indonesia ini sudah merupakan sebuah industri dan harus diwaspadai efek penyakit yang ditimbulkannya. Kita diingatkan kembali betapa berbahayanya dampak dari industri yang satu ini jika tidak berhati-hati terutama dalam hal penyebaran HIV/AIDS.

Tapi yang lebih bikin saya tertarik bahwa dari beberapa bab yang saya baca dan saya tangkap dari dia Ibu Eli mencoba mengungkap bahwa dibalik penyebaran AIDS yang makin luas dan cepat, ada bisnis dibalik itu semua. Coba bayangkan, jumlah dana yang digelontorkan untuk menanggulangi dan mencari obat hiv/aids adalah sebesar 15 milyar USD! (itu baru dari amerika saja). seperti eli bilang, ada gula ada semut. ada duit sebesar itu, tentu saja jadi rebutan. siapa yang ngrebutin? ya kalo ga pemerintah, ya lsm. Tapi Kita tidak akan mengesampingkan niat mulia para manusia yang memang bekerja secara tulus untuk membantu sesama manusia yang terkena hiv/aids.
Virus ini sudah jadi musuh bersama kita, tidak peduli kamu orang yang lurus atau menyimpang, dan ibu eli juga berkata , bahwa nggak mungkin kita menggantungkan penanggulangan virus ini pada pemerintah atau regulasi yang mengaturnya. satu hal kecil yang bisa kita mulai adalah dari diri kita sendiri.
So....selamat membaca!!!
Kopas dari Note FB...
Ingin sekali membaca buku ini...

Kamis, 22 Juli 2010

Di Dekat Batu itu ada kematian


Sebuah cerita tentang karma, suatu hari seorang anak membawa ayahnya keluar menuju padang pasir untuk maksud yang mungkin tak terkirakan, mengakhiri hidupnya. Sang ayah yang melihat sikap aneh anaknya, pun bertanya “Wahai Aanakku, apa yang kau inginkan dariku?” anak lelakinya itu menjawab, “Aku akan membunuhmu” Anehnya, mendengar anaknya berkata demikian, tak sedikit pun rona kaget tergambar di wajah sang ayah. Ia bahkan berkata, “Nak, jika kamu bersikeras ingin membunuhku, maka lakukanlah disamping batu itu, “Sambil menunjuk sebuah batu yang seperti sudah dikenalinya.
“Sebelum dirimu, dulu aku pernah durhaka kepada ayahku, dan aku membunuhnya di dekat batu itu. Dan ingatlah wahai anakku, kelak kamu juga akan seperti itu, dibunuh pada batu itu oleh anakmu sendiri” Ujar si ayah mengingatkan.
Kisah tragis yang dicuplik dari kitab Al Jaza’min Jinzil Amal di atas, sungguh mengguncang. Di Batu itu ada kematian demi kematian. Perlakuan anak kepada orang tuanya. Lalu tiba saatnya anak itu menjadi tua. Kemudian anaknya memperlakukan hal yang sama seperti yang ia dulu lakukan kepada ayahnya.
Di Dekat batu itu ada kematian. Tapi sebagian rahasianya terletak pada doa buruk dari orang tua untuk anaknya.Mungkin dahulu ayahnya juga mendoakan dirinya akan dibunuh anaknya. Sebagaimana ia kemudian juga menyumpahi dan mendoakan bahw anaknya kelak pun akan dibunuh anaknya.
Memang, tidak semua derita di hari tua seluruhnya karena buah dari perilaku di masa muda terhadap orang tua. Tapi di dekat batu itu, dimana kematian diperkuat dengan doa keliru, harapan buruk, dan keinginan karma yang hendak dilestarikan untuk anaknya, kita belajar tentang arti menjadi muda. Bahwa bukan karena kita menjadi muda kita bias semena-mena merendahkan yang lansia, terlebih mereka adalah orang tua kita. Sebab kita bias memilih untuk berbuat baik, menyanyangi sepenuh hati orang-orang tua, sebagaimana bila kita adalah orang tua, dan kita bias memilih untuk Berdoa yang baik untuk anak-anak kita.
Tarbawi

Bila Tiba Waktu Merpisah


Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu

Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani

Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa ku menghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku

Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan


Rabu, 21 Juli 2010

Di Balik Angka Kemaian Ibu


“Wajah-wajah siapakah yang terbias di balik angka-angka tersebut?
Bagaimanakah kisah mereka? Apakah mimpi mereka?
Mereka telah meninggalkan keluarga dan anak-anak mereka.
Mereka juga meninggalkan sesuatu dibalik kisah dan kesimpulan tentang
mengapa hidup mereka telah berakhir dengan begitu cepat?”
Gambaran buruk tentang peningkatan global kematian maternal (ibu) seperti sudah terpatri dibenak setiap orang. Siapun dapat mengulangi cerita tersebut, seakan melafalkan mantera dan tanpa pernah mencoba untuk berpikir apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah besar dan berat tersebut. Mungkin akan timbul masalah yang rumit apabila kita dihadapkan dengan tujuan dan target yang cukup menantang (dibuat oleh setiap negara) untuk menurunkan jumlah kematian maternal.
Secara sederhana, simak masalah dibalik angka-angka di dalam kalimat ini: setiap tahun, sekitar 8 juta perempuan menderita akibat komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan lebih dari setengah juta telah meninggal. Di banyak negara berkembang, 1 diantara 16 wanita akan meninggal akibat komplikasi kehamilan. Bandingkan dengan 1 diantara 5000 di negara maju.
Setiap kematian atau komplikasi berkepanjangan dari seorang perempuan adalah tragedi khusus bagi dirinya, suaminya, anaknya dan keluarganya. Paling tragis apabila kejadian itu, seharusnya dapat untuk dihindarkan.
Penyebab utamanya telah diketahui dan lebih dari 80% kematian maternal, seharusnya dapat dicegah melalui upaya yang terbukti efektif dan terjangkau. Hal ini, juga dapat dilakukan di negara miskin sekalipun. Contoh, penelitian di Mesir (dan dimanapun juga), menunjukkan bahwa kualitas asuhan merupakan penentu luaran maternal. Pembenahan sederhana (dan tepat) terhadap praktik sehari-hari, ternyata dapat menyelamatkan banyak kehidupan.
Angka-angka diatas memang cukup mengejutkan, tetapi hal itu hanya sebagian dari masalah yang sesungguhnya. Secara khusus, tidak banyak yang dapat diungkapkan tentang wajah-wajah dibelakang angka-angka tersebut, kisah tersendiri tentang derita, cemas dan alasan dasar yang sebenarnya sehingga meyebabkan perempuan tertentu meninggal dunia. Yang paling penting, semua itu tidak mampu menceritakan mengapa masih saja terjadi kematian. Padahal ilmu pengetahuan dan sumberdaya untuk mencegah kematian tersebut, telah tersedia atau dapat diperoleh.
Penting untuk selalu mengikuti keseluruhan tingkat kematian maternal secara global, regional atau nasional (untuk pengenalan dan advokasi). Statistik sederhana tentang tingkat
kematian maternal, mungkin tidak akan banyak menolong kita untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghindarkan kematian tersebut
Masihkah kita diam melihat angka tersebut, ayo bergerak Sayangi IBU…lebih dari apa yang telah kita lakukan kemarin karena apa yang telah dia lakukan takkan pernah terbalaskan oleh apapun



Kamis, 15 Juli 2010

SAMPAH


Dari keseluruhan proses hidup yang kita nikmati,
selalu ada ujung yang kotor:Sampah.
Kita makan dan kita menyampah
Kita minum dan kita menyampah
Kita bepergian dan kita menyampah
Kita sakit dan kita menyampah
Kita sehat dan kita menyampah
Kita menulis dan kemudian menyampah dalam kertas-kertas
Bahkan kita bicara pun kemudian bisa menyampah
dalam caci maki dan sumpah serapah

Dahulu mungkin orang tidak membayangkan
bagaimana sampah dari satuan orang demi orang
bisa menjadi sebuah gunung tinggi yang longsor dan bisa mematikan
prilaku komsumtif kitalah yang menghasilkan semua itu, GILA…
Namun Dibalik kegilaan, sampah memberi mereka kehidupan
Orang-orang memilih dan memilah
Lalu sampah-sampah layak jual memberi mereka beberapa puluh ribu rupiah
Sampah pun menjadi berkah buat mereka
Tapi mencari berkah dibalik gunung sampah itu
adalah mencari hidup ditengah ancaman kematian
sehingga batas ancaman dan berkah pun tipis

Bisakah kita berpikir untuk mengurangi perilaku konsumtif kita?
Bisakah mereka yang mengais sampah itu memperoleh pekerjaan yang layak dari pemerintah?
Bisakah mengelola sampah dilakukan lebih professional dan bertanggung jawab?
Karena Kita harus mengakhiri kisah orang-orang pasrah yang terlindas
oleh orang-orang masa bodoh yang serakah
 
 
Blogger Templates