Sebuah cerita tentang karma, suatu hari seorang anak membawa ayahnya keluar menuju padang pasir untuk maksud yang mungkin tak terkirakan, mengakhiri hidupnya. Sang ayah yang melihat sikap aneh anaknya, pun bertanya “Wahai Aanakku, apa yang kau inginkan dariku?” anak lelakinya itu menjawab, “Aku akan membunuhmu” Anehnya, mendengar anaknya berkata demikian, tak sedikit pun rona kaget tergambar di wajah sang ayah. Ia bahkan berkata, “Nak, jika kamu bersikeras ingin membunuhku, maka lakukanlah disamping batu itu, “Sambil menunjuk sebuah batu yang seperti sudah dikenalinya.
“Sebelum dirimu, dulu aku pernah durhaka kepada ayahku, dan aku membunuhnya di dekat batu itu. Dan ingatlah wahai anakku, kelak kamu juga akan seperti itu, dibunuh pada batu itu oleh anakmu sendiri” Ujar si ayah mengingatkan.
Kisah tragis yang dicuplik dari kitab Al Jaza’min Jinzil Amal di atas, sungguh mengguncang. Di Batu itu ada kematian demi kematian. Perlakuan anak kepada orang tuanya. Lalu tiba saatnya anak itu menjadi tua. Kemudian anaknya memperlakukan hal yang sama seperti yang ia dulu lakukan kepada ayahnya.
Di Dekat batu itu ada kematian. Tapi sebagian rahasianya terletak pada doa buruk dari orang tua untuk anaknya.Mungkin dahulu ayahnya juga mendoakan dirinya akan dibunuh anaknya. Sebagaimana ia kemudian juga menyumpahi dan mendoakan bahw anaknya kelak pun akan dibunuh anaknya.
Memang, tidak semua derita di hari tua seluruhnya karena buah dari perilaku di masa muda terhadap orang tua. Tapi di dekat batu itu, dimana kematian diperkuat dengan doa keliru, harapan buruk, dan keinginan karma yang hendak dilestarikan untuk anaknya, kita belajar tentang arti menjadi muda. Bahwa bukan karena kita menjadi muda kita bias semena-mena merendahkan yang lansia, terlebih mereka adalah orang tua kita. Sebab kita bias memilih untuk berbuat baik, menyanyangi sepenuh hati orang-orang tua, sebagaimana bila kita adalah orang tua, dan kita bias memilih untuk Berdoa yang baik untuk anak-anak kita.
Tarbawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar