Dari keseluruhan proses hidup yang kita nikmati,
selalu ada ujung yang kotor:Sampah.
Kita makan dan kita menyampah
Kita minum dan kita menyampah
Kita bepergian dan kita menyampah
Kita sakit dan kita menyampah
Kita sehat dan kita menyampah
Kita menulis dan kemudian menyampah dalam kertas-kertas
Bahkan kita bicara pun kemudian bisa menyampah
dalam caci maki dan sumpah serapah
Dahulu mungkin orang tidak membayangkan
bagaimana sampah dari satuan orang demi orang
bisa menjadi sebuah gunung tinggi yang longsor dan bisa mematikan
prilaku komsumtif kitalah yang menghasilkan semua itu, GILA…
Namun Dibalik kegilaan, sampah memberi mereka kehidupan
Orang-orang memilih dan memilah
Lalu sampah-sampah layak jual memberi mereka beberapa puluh ribu rupiah
Sampah pun menjadi berkah buat mereka
Tapi mencari berkah dibalik gunung sampah itu
adalah mencari hidup ditengah ancaman kematian
sehingga batas ancaman dan berkah pun tipis
Bisakah kita berpikir untuk mengurangi perilaku konsumtif kita?
Bisakah mereka yang mengais sampah itu memperoleh pekerjaan yang layak dari pemerintah?
Bisakah mengelola sampah dilakukan lebih professional dan bertanggung jawab?
Karena Kita harus mengakhiri kisah orang-orang pasrah yang terlindas
oleh orang-orang masa bodoh yang serakah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar