Akhir dan awal penanggalan dalam sebuah kalender setidaknya mengingatkan kita tentang berlalunya waktu…iya..waktu, dia berjalan terus… cuek tidak mau memperdulikan kita… soalnya kita kadang juga cuek dengan dia…
Kita sudah diberi kesempatan bertemu dengan waktu itu, namun kita tidak mampu memanfaatkannya dengan baik. Setiap detik dalam hidup kita sangatlah berharga, meski lagi..lagi kita tidak sering menyadarinya. Seperti ini, tak terasa kita sudah berada di akhir tahun 2011 dan Insya Allah akan bertemu dengan 2012. Ada harapan yang tercapai ada juga yang belum/tidak tercapai.
Saking pentingnya waktu..setiap detik itu kesempatan. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan seperti ini
:
Untuk mengetahui berapa lama 1 tahun, bertanyalah pada pelajar yang tidak naik kelas
Untuk mengetahui berapa lama 1 bulan, bertanyalah pada ibu yang melahirkan bayi secara prematur
Untuk mengetahui berapa lama 1 minggu bertanyalah pada editor majalah mingguan
Untuk mengetahui berapa lama 1 hari bertanyalah pada buruh yang harus memberi makan 10 anaknya tiap hari
Untuk mengetahui berapa lama 1 jam bertanyalah pada sepasang suami istri yang menunggu untuk bertemu
Untuk mengetahui berapa lama 1 menit bertanyalah pada orang yang ketinggalan kereta
Untuk mengetahui berapa lama 1 detik bertanyalah pada orang yang selamat dari kecelakaan
Untuk mengetahui berapa lama 1 milisecond bertanyalah pada pemenang kedua atlet lari cepat olimpiade
HUfth..rasanya kita perlu menyiapkan waktu buat diri kita sejenak, menciptakan momen semacam jeda dalam hidup ini untuk sejenak merenung. Kita sering menyebutnya introspeksi diri, evaluasi diri, refleksi, muhasabah atau apalah namanya. Pergantian tahun ini bisa menjadi salah satu momen, walaupun tahun masehi tak membawa makna historis bagi kita seorang muslim. Tapi tak apalah, yang penting tujuannya baik.
Momentum itu harus ada, karena kita mesti mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama setahun ini. Harus ada karena kita harus merekonstruksi ulang mimpi-mimpi, harapan, dan langkah-langkah apa yang akan kita lakukan kedepan.
Bukankah Allah pernah berfirman dalam surah Al Hasyr (59:18) “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kaian kerjakan”.
Di akhir tahun ini, coba kita duduk sejenak…dalam suasan hening malam setelah lail. Mencoba memutar kembali roda waktu kebelakang dalam pikiran dan ingatan kita
Seperti apa wajah kita dalam rentang waktu yang telah diberikan Allah kepada kita
Setekun apa kita menjalani ibadah baik yang berdimensi vertikal (Allah dengan hambannya) maupun yang berdimensi horisontal (amalan sosial sesama hamba Allah)
Perilaku kita, apakah lebih banyak ingkar atau taat?
Berapa syukur yang bisa kita ekspresikan?
Semuanya… kita coba hisab, sebelum Allah menghisab kita, walaupun kita tidak mampu mengingat dan menghitung semuanya. Rasulullah saw pernah bersabda “Orang yang pandai adalah orang yang menghisab dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt".
Tapi jangan sampai menatap masa lalu kita berlebihan, baik karena merasa sesal ataupun berhasil. Merasa gagal yang berlebihan itu berbahaya, karena bisa membuat diri kita fatalis, putus asa. Mungkin ada segunung dosa dan kita merasa Allah tak akan mengampuninya, jika sudah begini, bukannya kita merasa dekat tapi malah menjauh dari Allah. Merasa bangga akan keberhasilan dan amalan juga tidak baik, itu justru akan menyeret kita pada keterlenaan, dan kesia-sian yang akan menjebak kita pada perasaan “cukup”. Betapa bahayanya jika seseorang sudah merasa cukup.
Setelah merenungi masa lalu…mari kita coba memutar roda kehidupan kita jauh kedepan. melihat masa depan yang masih misteri. Berjanji dalam diri untuk berubah lebih baik, merencanakan mimpi-mimpi, menyusun target capaian harapan dan merencanakan masa depan. Hidup harus berorientasi kedepan dengan belajar dan berkaca dari apa yang telah kita lewati.
Sehingga muhasabah selalu melibatkan masa lalu dan masa depan kita.
Namun kadang refleksi diri, muhasabah, bisa menjadi jebakan buat kita. Terutama jika yang muncul hanya berupa sensasi spiritual saja. Pada suatu waktu misalnya saat momentum jeda itu datang. Kita diberi kesadaran spiritual pada saat itu. Kita menemukan sisi jernih dari hidup kita. Kita sadari kesalahan kita. Betapa tidak konsistennya kita di jalanNya. Kita merasakan betapa tetes mata itu jatuh begitu nikmat. Kita merasa inilah puncak spiritualitas kita.
Anehnya, setelah semua usai, berlalu pula kesadaran kita, seolah keimanan kita hanya berumur beberapa jam, beberapa hari saja. Kita pun kembali pada rutinas kita yang biasa. Kita mungkin biasa melihat/merasakan itu setelah mengikuti Training-training Spritual, atau setelah membaca buku-buku motivasi. Kita kadang hanya membuat kesadaran temporal buka permanen. Maka momentum itu semu. Titik balik itupun tidak tercipta. Maka menciptakan kesadaran, membuat komitmen diri, mengkonsistenkan amalan, menjadi salah satu kunci melahirkan kesadara itu tiap hari.
Momentum itu penting..tapi menjaga hasil momentum itu lebih penting.
Mari kawan luangkan waktu sejenak kita untuk bermuhasabah dan bermunajat di akhir tahun ini
catatan buat dirisendiri di akhir tahun
Berlangganan RUANGSASTRA.COM
3 tahun yang lalu